Akibat Krisis Integritas, Bandung Barat di Persimpangan Jalan

- Selasa, 27 April 2021 | 22:40 WIB
Komplek Pemda KBB.
Komplek Pemda KBB.

Opini, BANGBARA.COM. - Berbagai permasalahan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) sudah berlangsung sangat lama dan belum bisa terselesaikan, karena diperlukan semangat, sinergi dan kolaborasi agar mampu atau setidaknya mengurangi berbagai dampak negatif yang terjadi pada masyarakat sebuah Kabupaten yang baru berdiri kurang dari 15 tahun.

Berbicara tentang kesejahteraan, sudah pasti kita akan membicarakan masalah ekonomi. Meski sejatinya tidak begitu, potensi ekonomi di KBB menurut saya sangat potensial dan beragam, dari mulai Industry, Pertanian, Kehutanan, Pariwisata dan sektor lainnya.

-
David Riksa Buana, Ketua LSM Trapawana Jabar.

Seharusnya ini dapat dijadikan sebuah peluang dan kesempatan untuk berusaha atau bekerja bagi masyarakatnya. Namun pada kenyataannya berbagai potensi tersebut belum cukup untuk bisa mensejahterakan masyarakat KBB.

Selain dari permasalahan ekonomi, ada juga kesejahteraan terkait bidang sosial, pendidikan, politik, keagamaan, seni, budaya, serta tradisi atau kebiasaan yang ada di masyarakat.

Sejak tahun 2000, saya sudah mengamati berbagai perubahan yang cukup signifikan terjadi di masyarakat, diantaranya tingkat konsumerisme, individualistik, politik transaksional, politik identitas, dan termasuk masalah kehidupan keluarga, gender, dan perkawinan.

Dari sisi pendidikan, jumlah sekolah atas dan perguruan tinggi masih sangat terbatas. Minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya pun masih rendah. Selain itu berbagai tradisi serta kearifan lokal, seni, budaya pun sudah mulai tergerus oleh kemajuan zaman.

Permasalahan lingkungan hidup juga merupakan permasalahan yang sangat pelik dikarenakan permasalahan ini hampir terkait dengan semua aspek kehidupan manusia. Berbicara tentang masalah lingkungan hidup sudah barang tentu akan membicarakan tempat dimana kita tinggal, berusaha, bekerja, bahkan segalanya.

Wilayah KBB dengan topografinya dengan gunung dan lembah, baik yang berada di dataran rendah sampai ke puncak gunung, telah menjadikan suatu hamparan wilayah yang eksotik bahkan istimewa, yang seharusnya dapat menjadikan bekal awal dalam penataan serta pengelolaan wilayah secara lestari dan berkelanjutan.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Kondisi lingkungan hidup KBB justru mulai terancam. Bahkan pada beberapa tempat sudah menampakan kerusakan yang sangat parah, dengan tingginya perambahan hutan, alih fungsi lahan, pertambangan liar, pendudukan lahan, pencemaran air, pencemaran udara dan sebagainya.

Diperlukan review sesegera mungkin atas berbagai kebijakan dari tingkat bawah sampai atas. Bahkan diperlukan sebuah program yang komprehensif dari berbagai stakeholder dengan melibatkan masyarakat secara utuh dan menyeluruh.

Banyak juga kejadian hukum yang telah terjadi. Carut marut dalam tata kelola Pemerintahan telah menyebabkan 2 Kepala Daerahnya tersangkut hukum. Indikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme, juga terjadi sampai ke tingkat Pemerintahan terbawah.

Sebuah anomali bagi sebuah Kabupaten pemekaran dengan cita-cita nya yang luhur, untuk mengubah nasib serta harkat dan derajat masyarakatnya yang sudah puluhan tahun terpinggirkan.

Kini Bandung Barat seperti ada di persimpangan jalan, belum terbentuk arah bagi sejatinya kebutuhan masyarakat secara seutuhnya, sampai kapan Kabupaten ini berpolemik dengan berbagai kebutuhan dan kepentingan?

Diperlukan berbagai terobosan dan tindakan-tindakan nyata untuk mewujudkan sebuah integritas bersama, agar kebanggaan sebagai masyarakat KBB bisa benar dirasakan untuk semua kalangan, tanpa kecuali.

 

(Opini oleh David Riksa Buana, Ketua LSM Trapawana Jawa Barat)

Editor: Guntur Priyo

Tags

Terkini

Saatnya Kembali Produktif, Pasca Mudik Lebaran

Selasa, 3 Mei 2022 | 16:32 WIB
X